Kita semua pernah mendengar kisah orang buta dan gajah; makhluk tak dikenal mengembara ke Tanah Buta dan enam orang bijak dikirim untuk mencari tahu apa itu. Setiap orang buta mendekati binatang itu dan menurut apa yang mereka masing-masing temukan dari posisi masing-masing, gajah ternyata adalah dinding, tombak, ular, pohon, tali atau kipas. Masing-masing dari enam orang buta yakin bahwa ia benar dan karena itu yang lain salah. Pendekatan yang berbeda, di mana mereka berbagi temuan mereka dan mengundang masukan dari satu sama lain, mungkin memungkinkan mereka untuk menyatukan lebih banyak potongan dan mengidentifikasi gajah.
Why I Love / Hate Reality TV
Gajah juga merupakan metafora untuk realitas dan sama seperti kenyataan itu tidak statis, ia bergerak dan berubah dan tidak ada dari kita yang bisa melihat semuanya pada satu waktu. Kami menggunakan persepsi kami untuk terhubung dengan dunia luar melalui penglihatan, penciuman, tekstur dan makna, tetapi jauh dari memberikan kita pandangan yang konsisten secara universal tentang gajah tua yang sama persepsi kita dibentuk oleh perspektif kita.
Perspektif kami dipengaruhi oleh banyak faktor, dari pengaruh eksternal seperti budaya, agama, pendidikan atau bahkan iklan, hingga kondisi internal seperti penyakit, emosi atau efek dari minuman keras. Apakah berbeda dengan pergi ke supermarket sebelum atau sesudah makan siang? Apakah supermarket tiba-tiba mengisi rak-rak dengan makanan yang lebih lezat dari biasanya, atau apakah kita memiliki perspektif yang berbeda dan karenanya melihat sesuatu secara berbeda? Apakah kita melihat dunia sebagaimana adanya, atau sebagaimana adanya?
Berita baiknya adalah, walaupun kita masing-masing cenderung ke arah perspektif default untuk setiap situasi di mana kita menemukan diri kita, kita dapat setiap saat memilih perspektif yang berbeda. Meluangkan waktu sejenak untuk melangkah mundur dan melihat sesuatu dari sudut yang berbeda akan membantu kita menghindari terjebak dalam argumen lama yang sama dan membantu kita mengelola perasaan kita dengan lebih baik. Mengembangkan kebiasaan mencari perspektif yang berbeda dan lebih luas membantu kita mengatasi kesulitan yang realistis dan fleksibel saat timbul. Ini memberi kami lebih banyak pilihan, memperluas pengalaman kami dan membuka jalan bagi solusi baru.
Kita juga dapat memengaruhi perspektif kita dengan mengubah persepsi kita; secara harfiah dengan mengubah sudut pandang kita, kita dapat mengubah sudut pandang kita. Ini bisa berupa tindakan sederhana seperti menggeser posisi kursi, duduk di kursi yang berbeda atau untuk rapat yang memiliki sejarah tidak bisa dipraktikkan, cobalah mengubah venue. Tubuh dan otak kita bekerja dalam sistem terpadu dari loop umpan balik yang saling berhubungan, sehingga apa yang kita rasakan melalui indera kita memengaruhi apa yang kita pikirkan dan sebaliknya.
:Tujuan dari suatu argumen atau diskusi seharusnya bukan kemenangan, tetapi kemajuan.: Joseph Joubert, Pensées, 1842